Rabu, 01 Desember 2010

Kejadian Luar Biasa (KLB)

Kejadian Luar Biasa (KLB)
Definisi outbreak (KLB)
• Terjadinya peningkatan kasus suatu penyakit didaerah tertentu pada kelompok tertentu dan pada periode waktu tertentu
• Dua atau lebih kasus yang berhubungan dengan kesakitan yang sama
UU NO 4 TH 1984
WABAH : Kejadian terjangkitnya suatu penyakit menular dlm masyarakat yg jumlah penderitanya meningkat secara nyata melebihi keadaan yg lazim pada waktu & daerah tertentu serta dapat menimbulkan malapetaka.
KLB : Timbulnya / meningkatnya kejadian kesakitan/ kematian yg bermakna secara epidemiologis, pada suatu daerah dalam kurun waktu tertentu

1. Apa saja kriteria suatu kejadian penyakit dikatakan wabah/ KLB?
Kriteria tentang Kejadian Luar Biasa mengacu pada Keputusan Dirjen No. 451/91, tentang Pedoman Penyelidikan dan Penanggulangan Kejadian Luar Biasa. Menurut aturan itu, suatu kejadian dinyatakan luar biasa jika ada unsur:
• Timbulnya suatu penyakit menular yang sebelumnya tidak ada atau tidak dikenal
• Peningkatan kejadian penyakit/kematian terus-menerus selama 3 kurun waktu berturut-turut menurut jenis penyakitnya (jam, hari, minggu)
• Peningkatan kejadian penyakit/kematian 2 kali lipat atau lebih dibandingkan dengan periode sebelumnya (jam, hari, minggu, bulan, tahun).
• Jumlah penderita baru dalam satu bulan menunjukkan kenaikan 2 kali lipat atau lebih bila dibandingkan dengan angka rata-rata perbulan dalam tahun sebelumnya.


2. Apa saja yang dimaksud dengan Herd Immunity?

Herd Immunity atau Kekebalan Kelompok Adalah tingkat kemampuan atau daya tahan suatu kelompok penduduk tertentu terhadap serangan atau penyebaran unsur penyebab penyakit menular tertentu berdasarkan tingkat kekebalan sejumlah tertentu anggota kelompok tersebut.
Herd Immunity merupakan faktor utama dalam proses kejadian wabah di masyarakat serta kelangsungan penyakit pada suatu kelompok penduduk tertentu.
Wabah terjadi karena 2 keadaan :
• Keadaan kekebalan populasi yakni suatu wabah besar dapat terjadi jika agent penyakit infeksi masuk ke dalam suatu populasi yang tidak pernah terpapar oleh agen tersebut atau kemasukan suatu agen penyakit menular yang sudah lama absen dalam populasi tersebut.
• Bila suatu populasi tertutup seperti asrama, barak dimana keadaan sangat tertutup dan mudah terjadi kontak langsung, masuknya sejumlah orang-orang yang peka terhadap penyakit tertentu dalam populasi tsb. Ex: Asrama mahasiswa/tentara.


3. Apa yang seharusnya kita lakukan agar fenomena wabah KLB dapat dicegah?
a. Menetapkan terjangkitnya keadaan wabah
• Pengumpulan data
• Analisa data
• Penarikan kesimpulan
b. Melakukan Penyelidikan Wabah
• Mengetahui faktor – faktor yang menyebabkan wabah
• Mengetahui Sumber Penularan
• Mengetahui Etiologi
• Mengetahui sifat penularan
c. Melaksanakan penanganan keadaan wabah
• Ditujukan kepada penderita
• Ditujukan kepada masyarakat
• Ditujukan kepada lingkungan
• Etiologi / Agent
d. . Penanggulangan sumber pathogen
• Singkirkan sumber kontaminasi
• Hindarkan orang dari paparan
• Inactivasi / neutralisasi pathogen
• Isolasi dan/atau obati orang yang terinfeksi
e. Memutus rantai penularan
• Memutus sumber lingkungan
• Penanggulangan transmisi vector
• Tingkatkan sanitasi perorangan
f. Modifikasi response penjamu (HOST)
• Immunisasi kel.rentan
• Pemakaian chemotherapy
• Pencegahan
Denty Martia
E2A009135
FKM UNDIP

Kamis, 25 November 2010

Survailans Epidemologi DBD

Penyakit demam berdarah dengue atau lebih dikenal dengan DBD adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue. Virus tersebut ditularkan melalui nyamuk Aedes aegyepti. Penyakit DBD tiap tahun meningkat di Indonesia. Contohnya di kota semarang angka insidensi DBD kota Semarang, pada tahun 2005 jumlah penderita DBD mencapai 2.297 dengan CFR 1,7.Dengan meningkatkan kasus DBD setiap tahunnya maka diperlukan sistem pencatatan dan pelaporan guna keperluan perencanaan, pencegahan dan pemberantasan Penyakit DBD digunakan dengan sistem yang handal.
Untuk melakukan pengamatan, pencatatan dan pelaporan penyakit DBD dapat digunakan sistem survailans epidemologi. Survailans epidemologi merupakan pengamatan penyakit pada populasi yang dilakukan secara terusmenerus dan berkesinambungan, untuk menjelaskan pola penyakit, mempelajari riwayat penyakit dan memberikan data dasar untuk pengendalian dan penanggulangan penyakit tersebut. Surveilans epidemiologi tidak terbatas pada pengumpulan data, tetapi juga tabulasi, analisis dan interpretasi data serta publikasi dan distribusi informasi. Jenis data yang dikumpulkan juga menyangkut subyek yang sangat luas, tidak hanya data kesakitan, kematian, wabah, data rumah sakit tetapi lebih luas termasuk data tentang faktor risiko individu, demografis maupun lingkungan. Dalam masalah penyakit DBD, surveilans penyakit mencakup empat aspek yaitu:
1)surveilans kasus
2) vektor (termasuk ekologinya)
3) peran serta masyarakat
4) tindakan pengendalian.
Sistem surveilans penyakit DBD adalah pengamatan penyakit DBD di puskesmas meliputi kegiatan pencatata, penggolongan dan penyajian data penderita DBD untuk pemantauan mingguan, laporan mingguan wabah, laporan bulanan program p2 DBD, penentuan desa atau kelurahan rawan, mengetahui distribusi kasus DBD atau kasus tersangka DBD per RW atau dusun, menentuka musim penularan dan mengetahui kecenderungan penyakit.
Objek penelitian conntohnya adalah sistem surveilans DBD yang ada di dinas kesehatan Kota Semarang. Sedangkan objek Penelitian contonya adalah petugas pengelola data pada saksi pencegahan dan pemberantasan penyakit bersumber binatang di desa kesehatan Kota semarang.
Data di peroleh dangan cara melanjutkan wawan cara pada pengelola data penyakit DBD dan observasi pada sistem srvailans DBD yang beralasan saat ini.Analisis data dilakukan denngan menggunakan langkah-langkah penyusunan sistem secara terkomputerisasi.Adapun kangkah tersebut adalah
1) Survey
2) Analisis sistem
3) Desaian menginplementasikan model yang digunakan pemakai
4) Implementasi,mempresentasikan hasil desain kedalam pemprograman
5) Uji coba desain
6) Testing akhir
7) Deskripsi prosedur,pembuatan laporan teknis tertulis seperti petunjuk pemakaian dan pengoperasian
8) Konversi data base,
9) Instalasi

Data kasus atau penderita diperoleh dari laporan rumah sakit. Laporan disampaikan tiap satu bulan. Bila laporan disampaikan dalam kurun waktu kurang dari satu bulan, maka akan ditndaklanjuti dengan Penyalidikan epidemiologi (PE) tindak lanjut dari PE yaitu fogging atau pemberantasan sarang nyamuk(PSN).Laporan kasus DBD seharusnya dilakukan dalam kurun waktu 1x24 jam namun kenyataannya lebih dari itu.Alur pelaporan kasus DBD dimulai dari masyarakat dan dari petugas kesehatan/rumah sakit ataupun klinik lainnya,kemudian dilanjutkan dengan pelaporan ke Puskesmas,dari Puskesmas akan diteruskan laporannya ke Dinas Kesehatan Kabupaten/kota.
Berdasarkan survey kebutuhan dan analisis sistem terhadap sistem surveilans dan cara pencatatan dan pelaporan penyakit demam berdarah mulai dari masyarakat,Puskesmas dan kemudian ke Dinas Kesehatan,maka sistem yang akan dikembangkan adalah suatu sistem informasi surveilans epidemiologi yang bersifat multi-user dengan model modular.Adapun modul tersebut mencakup modul pemasukan kasus/penderita,modul masukan pengamatan jentik berkala,modul penyelidikan epidemoilogi,modul pencatatan fogging,modul pokja DBD ,modul pemasukan data jumlah penduduk dan modul pelaporan.
Yang tidak kalah pentingnya dalam sistem informasi survailans DBD ini adalah data tentang jumlah penduduk per wilayah kelurahan per tahun. Data ini nantinya akan dimanfaatkan untuk membuat hitungan-hitungan tentang angka kejadian DBD dan proposi jumlah penduduk yang sakit dan bentuk pelaporan lainnya. Laporan-laporan ini digunakan untuk pemantauan situasi DBD mingguan, laporan mingguan kejadian luar baiasa (KLB), laporan bulanan program pencegahan penyakit DBD (P2 DBD), pemantauan desa/kelurahan rawan, untuk mengetahui distribusi kasus DBD/tersangka DBD per wilayah, penentuan musim penularan untuk mengetahui kecenderungan situasi penyakit.

Denty Martia
E2A009135

fkm undip

Jumat, 15 Oktober 2010

PERANAN EPIDEMIOLOG DALAM KESEHATAN MASYARAKAT

A. Sejarah Perkembangan Epidemiologi

Sejarah epidemiologi tidak dapat dipisahkan dengan masa dimana manusia mulai mengenal penyakit menular. Walaupun pada masa itu sumber dan penyebabnya dianggap berasal dari kekuatan gaib dan roh jahat. Kira-kira 1000 tahun SM telah dikenal variolasi di Cina untuk melawan penyakit variola, sedangkan orang India selain menggunakan variolasi juga mengenal penyakit pes erat hubungannya dengan tikus, sedangkan kusta telah diketahui mempunyai hubungan erat dengan kepadatan penduduk.

Sebenarnya epidemiologi sebagai sains, yang didasarkan pada pengamatan terhadap fenomena penyakit dalam masyarakat, oleh mereka yang diyakini bahwa keadaan tersebut merupakan fenomena yang terjadi secara teratur (ordered phenomena) dan bukan sebagai suatu kejadian yang berkaitan dengan kekuatan gaib, telah dikenal sejak zaman Yunani Kuno seperti halnya dengan berbagai ilmu pengetahuan lain yang telah mampu meningkatkan kesejahteraan manusia dewasa ini.

Pada zaman kejayaan Yunani dan Romawi Kuno, telah dikenal adanya proses penularan penyakit pada masyarakat yang sangat erat hubungannya dengan faktor lingkungan. Hal ini telah dikemukakan oleh Hippocrates (abad ke 5 SM) dalam tulisannya yang berjudul Epidemics serta dalam catatannya mengenai Airs, Waters, and Places, di mana beliau telah mempelajari masalah penyakit di masyarakat dan mencoba mengemukakan berbagai teori tentang hubungan sebab akibat terjadinya penyakit dalam masyarakat. Walaupun pada akhirnya teori tersebut tidak sesuai dengan kenyataan, tetapi telah memberikan dasar pemikiran tentang adanya hubungan faktor lingkungan dengan kejadian penyakit sehingga dapat dikatakan bahwa konsep tersebut adalah konsep epidemiologi yang pertama.

Kemudian Galen mengemukakan suatu doktrin epidemiologi yang lebih logis dan konsisten dengan menekankan teori bahwa beradanya suatu penyakit pada kelompok penduduk tertentu dalam suatu jangka waktu tertentu (suatu generasi tertentu) sangat dipengaruhi oleh 3 (tiga) faktor utama yakni :
  1. Faktor atmosfir (the atmospheric factor)
  2. Faktor internal (internal faktor) , dan
  3. Faktor predisposisi (predispsosing or procatartic factor)
Apa yang dikemukakan Galen tidak banyak mengalami perubahan selanjutnya dan merupakan dasar pengembangan epidemiologi.

Pada abat ke 14 dan 15 Masehi, masalah epidemi penyakit dalam masyarakat semakin jelas melalui berbagai pengamatan peristiwa wabah penyakit pes dan cacar (variola) yang melanda sebagian besar penduduk dunia. Pada waktu itu, orang mulai menyadari bahwa sifat penularan penyakit dapat terjadi terutama karena adanya kontak dengan penderita. Dalam hal ini dikenal jasa Veronese Francastorius (1483-1553) serta Sydenham (1624-1687) yang secara luas telah mengemukakan tentang “teori kontak” dalam proses penularan penyakit. Berdasarkan teori kontak inilah dimulainya usaha isolasi dan karantina yang kemudian ternyata mempunyai peranan positif dalam usaha pencegahan penyakit menular hingga saat ini.

Konsep tentang sifat kontagius dan penularan penyakit dalam masyarakat telah disadari dan dikenal sejak dahulu namun baru pada abad ke –17, teori tentang Germ dan perannya dalam penularan penyakit pada masyarakat mulai dikembangkan. Dalam hal ini Sydenham dianggap sebagai pionir epidemiologi walaupun sebagian teorinya tidak lagi dapat diterima. Pada saat yang sama John Graunt telah mengembangkan teori statistik vital yang sangat bermanfaat dalam bidang epidemiologi. Walaupun Graunt bukan seorang dokter, tetapi hasil karyanya sangat bermanfaat dalam bidang epidemiologi dengan menganalisis sebab kematian pada berbagai kejadian kematian di London dan mendapatkan berbagai perbedaan kejadian kematian atar jenis kelamin serta antara penduduk urban dan rural, maupun perbedaan berbagai musim tertentu. Selain Graunt mengembangkan statistik vital, William Farr mengembangkan analisis sifat epidemi berdasarkan hukum Matematika. Dia mengemukakan bahwa meningkatnya, menurunnya serta berakhirnya suatu epidemi mempunyai sifat sebagai fenomena yang berurutan (an ordely phenomenon) yang dewasa ini dianggap mengikuti hukum kurva normal.

Jakop Henle pada tahun 1840 mengemukakan terorinya tentang sifat epidemiologi dan endemi yang sangat erat hubungan dengan fenomena biologis. Dikemukakan bahwa yang dapat menyebabkan timbulnya penyakit adalah organisme yang hidup (living organism). Pendapat ini pada waktu yang sama telah mendorong berbagai ilmuwan terkemuka mikro-organisme penyebab penyakit tertentu.

Sejak didapatkannya mikro-organisme sebagai penyebab penyakit, para ahli segera mencoba mencari berbagai penyebab khusus untuk penyakit tertentu. Kemudian dikembangkan usaha pencegahan penyakit melalui vaksinasi.
B.      Defenisi dan Tujuan Epidemiologi
Epidemiologi berasal dari perkataan Yunani, dimana epi- yang berarti ” permukaan, diatas, menimpa, atau tentang”, demos yang berarti ” orang, populasi, penduduk, manusia ” serta ologi berarti ” ilmu tentang ”. Menurut asal katanya, secara etimologis, epidemiologi berarti ilmu mengenai kejadian yang menimpa penduduk.
                                Epidemiologi lahir berdasarkan dua asumsi dasar. Pertama, penyakit pada populasi manusia tidak terjadi dan tersebar begitu saja secara acak. Kedua, penyakit pada manusia sesungguhnya mempunyai faktor penyebab dan faktor preventif yang dapat diidentifikasi melalui penelitian sistematik pada berbagai populasi, tempat, dan waktu. Berdasarkan asumsi tersebut, epidemiologi dapat didefinisikan sebagai ” ilmu yang mempelajari distribusi dan determinan – determinan frekuensi penyakit dan status kesehatan pada populasi manusia.
Definisi tersebut mengisyaratkan bahwa epidemiologi pada dasarnya merupakan ilmu empirik kuantitatif, yang banyak melibatkan pengamatan dan pengukuran yang sistematik tentang frekuensi penyakit dan sejumlah faktor-faktor yang dipelajari hubungannya dengan penyakit.
Tujuan akhir riset epidemiologi yaitu mencegah kejadian penyakit, mengurangi dampak penyakit dan meningkatkan status kesehatan manusia. Sasaran epidemiologi adalah populasi manusia, bukan individu. Ciri-ciri ini yang membedakan epidemiologi dari ilmu kedokteran klinik dan ilmu-ilmu biomedik, yang lebih memusatkan perhatiannya kepada individu, jaringan, atau organ.
Epidemiologi berguna untuk mengkaji dan menjelaskan dampak dari tindakan pengendalian kesehatan masyarakat, program pencegahan, intervensi klinis dan pelayanan kesehatan terhadap penyakit atau mengkaji dan menjelaskan faktor lain yang berdampak pada status kesehatan penduduk. Epidemiologi penyakit juga daapt menyertakan deskripsi keberadaannya di dalam populasi dan faktor – faktor yang mengendalikan ada atau tidaknya penyakit tersebut.
     Tujuan Epidemiologi
Menurut Lilienfield dan Lilienfield, ada tiga tujuan umum studi epidemiologi, yaitu:
1.   Untuk menjelaskan etiologi satu penyakit atau sekelompok penyakit, kondisi, gangguan, defek, ketidakmampuan, sindrom, atau kematian melalui analisis terhadap data medis dan epidemiologi dengan menggunakan manajemen informasi sekaligus informasi yang berasal dari setiap bidang atau disiplin ilmu yang tepat, termasuk ilmu sosial atau perilaku
2.   Untuk menentukan apakah data epidemiologi yang ada memang konsisten dengan hipotesis yang diajukan dan dengan ilmu pengetahuan, ilmu perilaku, dan ilmu biomedis yang terbaru
3.   Untuk memberikan dasar bagi pengembangan langkah – langkah pengendalian dan prosedur pencegahan bagi kelompok dan populasi yang beresiko, dan untuk pengembangan langkah – langkah dan kegiatan kesehatan masyarakat yang diperlukan, yang kesemuanay itu akandigunakan untuk mengevaluasi keberhasilan langkah – langkah, kegiatan, dan program intervensi


C.      Batasan Epidemiologi
Pada saat ini epidemiologi diartikan sebagai ilmu yang mempelajari tentang frekwensi dan penyebaran masalah kesehatan pada sekelompok menusia serta faktor-faktor yang mempengaruhinya. Dari batasan yang seperti ini, segera terlihat bahwa dalam pengertian epidemiologi terdapat tiga hal yang bersifat pokok yakni:
1.       Frekwensi masalah kesehatan
Frekeunsi yang dimaksudkan di sini menunjuk kepada besarnya masalah kesehatan yang terdapat pada sekelompok manusia. Untuk dapat mengetahui frekwensi suatu masalah kesehatan dengan tepat ada dua hal pokok yang harus dilakukan yakni menemukan masalah kesehatan yang dimaksud untuk kemudian dilanjutkan dengan melakukan pengukuran atas masalah kesehatan yang ditemukan tersebut.
2.       Penyebaran masalah kesehatan
Yang dimaksud dengan penyebaran masalah kesehatan disini adalah menunjuk pada pengelompokan masalah kesehatan menurut suatu keadaan tertentu. Yakni menurut ciri-ciri manusia ( man ), tempat ( place ), dan waktu ( time ).
3.       Faktor-faktor yang mempengaruhi
Menunjuk kepada faktor penyebab dari suatu masalah kesehatan, baik yang menerangkan frekwensi, penyebaran dan ataupun yang menerangkan penyebab munculnya masalah kesehatan itu sendiri.
D.      Peran dalam Kesehatan Masyarakat
Meninjau dari penjelasan tentang pengertian epidemiologi, serta ruang lingkupnya, seorang ahli epidemiologi atau epidemiolog memiliki peran-peran penting dalam kesehatan masyarakat. Ada beberapa peranan epidemiolog dalam kesehatan masyarakat, diantaranya adalah:
1.   Mencari  / mengidentifikasi faktor yang mempengaruhi timbulnya gangguan kesehatan atau penyakit dalam suatu masyarakat tertentu dalam usaha mencari data untuk penanggulangan serta cara pencegahannya.
2.   Menyiapkan data / informasi untuk keperluan program kesehatan dengan menilai status kesehatan dalam masyarakat serta memberikan gambaran tentang kelompok penduduk yang terancam.
3.   Membantu menilai beberapa hasil program kesehatan.
4.   Mengembangkan metodologi dalam menganalisis penyakit serta cara mengatasinya, baik penyakit perorangan ( tetapi dianalisis dalam kelompok ) maupun kejadian luar biasa ( KLB ) / wabah dalam masyarakat.

E.       Referensi
Azwar, Azrul. (1999) Pengantar Epidemiologi. Jakarta: Bina Rupa Aksara
Friedman, Gary D. (2004)  Primer of Epidemiologi. 5th ed. Singapore: Mc. Graw Hill
Bustan, M. N. dan  Arsunan, A. (1997) Pengantar Epidemiologi. Jakarta: Rineka Cipta
Murti, Bhisma. (1997) Prinsip dan Metode Riset Epidemiologi. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press
Timmerck, Thomas C. (2004)  Epidemiologi : Suatu Penagntar. ed.2. Jakarta : EGC
Syahrul, Fachriani dan Hidajah, A. C. (2007) Bahan Ajar Dasar Epidemiologi. Surabaya: FKM UNAIR
Subaris, Heru dkk, (2009) Intisari Epidemologi . Yogyakarta : Mitra cendikia Press

Denty Martia
E2A009135