Kamis, 25 November 2010

Survailans Epidemologi DBD

Penyakit demam berdarah dengue atau lebih dikenal dengan DBD adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue. Virus tersebut ditularkan melalui nyamuk Aedes aegyepti. Penyakit DBD tiap tahun meningkat di Indonesia. Contohnya di kota semarang angka insidensi DBD kota Semarang, pada tahun 2005 jumlah penderita DBD mencapai 2.297 dengan CFR 1,7.Dengan meningkatkan kasus DBD setiap tahunnya maka diperlukan sistem pencatatan dan pelaporan guna keperluan perencanaan, pencegahan dan pemberantasan Penyakit DBD digunakan dengan sistem yang handal.
Untuk melakukan pengamatan, pencatatan dan pelaporan penyakit DBD dapat digunakan sistem survailans epidemologi. Survailans epidemologi merupakan pengamatan penyakit pada populasi yang dilakukan secara terusmenerus dan berkesinambungan, untuk menjelaskan pola penyakit, mempelajari riwayat penyakit dan memberikan data dasar untuk pengendalian dan penanggulangan penyakit tersebut. Surveilans epidemiologi tidak terbatas pada pengumpulan data, tetapi juga tabulasi, analisis dan interpretasi data serta publikasi dan distribusi informasi. Jenis data yang dikumpulkan juga menyangkut subyek yang sangat luas, tidak hanya data kesakitan, kematian, wabah, data rumah sakit tetapi lebih luas termasuk data tentang faktor risiko individu, demografis maupun lingkungan. Dalam masalah penyakit DBD, surveilans penyakit mencakup empat aspek yaitu:
1)surveilans kasus
2) vektor (termasuk ekologinya)
3) peran serta masyarakat
4) tindakan pengendalian.
Sistem surveilans penyakit DBD adalah pengamatan penyakit DBD di puskesmas meliputi kegiatan pencatata, penggolongan dan penyajian data penderita DBD untuk pemantauan mingguan, laporan mingguan wabah, laporan bulanan program p2 DBD, penentuan desa atau kelurahan rawan, mengetahui distribusi kasus DBD atau kasus tersangka DBD per RW atau dusun, menentuka musim penularan dan mengetahui kecenderungan penyakit.
Objek penelitian conntohnya adalah sistem surveilans DBD yang ada di dinas kesehatan Kota Semarang. Sedangkan objek Penelitian contonya adalah petugas pengelola data pada saksi pencegahan dan pemberantasan penyakit bersumber binatang di desa kesehatan Kota semarang.
Data di peroleh dangan cara melanjutkan wawan cara pada pengelola data penyakit DBD dan observasi pada sistem srvailans DBD yang beralasan saat ini.Analisis data dilakukan denngan menggunakan langkah-langkah penyusunan sistem secara terkomputerisasi.Adapun kangkah tersebut adalah
1) Survey
2) Analisis sistem
3) Desaian menginplementasikan model yang digunakan pemakai
4) Implementasi,mempresentasikan hasil desain kedalam pemprograman
5) Uji coba desain
6) Testing akhir
7) Deskripsi prosedur,pembuatan laporan teknis tertulis seperti petunjuk pemakaian dan pengoperasian
8) Konversi data base,
9) Instalasi

Data kasus atau penderita diperoleh dari laporan rumah sakit. Laporan disampaikan tiap satu bulan. Bila laporan disampaikan dalam kurun waktu kurang dari satu bulan, maka akan ditndaklanjuti dengan Penyalidikan epidemiologi (PE) tindak lanjut dari PE yaitu fogging atau pemberantasan sarang nyamuk(PSN).Laporan kasus DBD seharusnya dilakukan dalam kurun waktu 1x24 jam namun kenyataannya lebih dari itu.Alur pelaporan kasus DBD dimulai dari masyarakat dan dari petugas kesehatan/rumah sakit ataupun klinik lainnya,kemudian dilanjutkan dengan pelaporan ke Puskesmas,dari Puskesmas akan diteruskan laporannya ke Dinas Kesehatan Kabupaten/kota.
Berdasarkan survey kebutuhan dan analisis sistem terhadap sistem surveilans dan cara pencatatan dan pelaporan penyakit demam berdarah mulai dari masyarakat,Puskesmas dan kemudian ke Dinas Kesehatan,maka sistem yang akan dikembangkan adalah suatu sistem informasi surveilans epidemiologi yang bersifat multi-user dengan model modular.Adapun modul tersebut mencakup modul pemasukan kasus/penderita,modul masukan pengamatan jentik berkala,modul penyelidikan epidemoilogi,modul pencatatan fogging,modul pokja DBD ,modul pemasukan data jumlah penduduk dan modul pelaporan.
Yang tidak kalah pentingnya dalam sistem informasi survailans DBD ini adalah data tentang jumlah penduduk per wilayah kelurahan per tahun. Data ini nantinya akan dimanfaatkan untuk membuat hitungan-hitungan tentang angka kejadian DBD dan proposi jumlah penduduk yang sakit dan bentuk pelaporan lainnya. Laporan-laporan ini digunakan untuk pemantauan situasi DBD mingguan, laporan mingguan kejadian luar baiasa (KLB), laporan bulanan program pencegahan penyakit DBD (P2 DBD), pemantauan desa/kelurahan rawan, untuk mengetahui distribusi kasus DBD/tersangka DBD per wilayah, penentuan musim penularan untuk mengetahui kecenderungan situasi penyakit.

Denty Martia
E2A009135

fkm undip